Indoleaks.org . Munculnya situs yang menyerupai WikiLeaks sempat menghebohkan jagad maya. Situs yang berbahasa Indonesia dengan nama Indoleaks ini dilihat dari cara menyajikannya kelihatannya mencoba meniru WikiLeaks.
Dalam pengantarnya disebutkan, Indoleaks berusaha memilah dan memilih dokumen yang seharusnya diketahui publik, dari ratusan koleksi Indoleaks. Semua dokumen di Indoleaks disajikan secara verbatim, apa adanya dan diklaim masih orisinal dari tangan pertama.
Indoleaks juga memberi kesempatan kepada publik yang akan mengirimkan dokumen rahasia untuk dipublikasikan pengirimnya. Namun, dengan syarat dokumen harus orisinal, tanpa ada opini pengirim di dalamnya. Indoleaks akan menyebutkan sumber dokumen adalah anonim. Dokumen yang dipublikasikan adalah dokumen yang memiliki kepentingan publik. Indoleaks.org tidak memublikasikan informasi yang terkait dengan rekening bank, medical record, dan rahasia pribadi lainnya.
Dilihat dari informasi whois, situs yang digunakan Indoleaks dibuat pada 7 Desember 2010 dan alamat internetnya didaftarkan hingga 7 Desember 2011 melalui PT Ardh Global Indonesia, salah satu penyedia hosting di Indonesia. Nama pemilik akun maupun identitas lainnya disembunyikan dengan memanfaatkan Privacyprotect.org. Artikel pertama ditulis tanggal 9 Desember 2010 dan kemungkinan baru diaktifkan hari ini.
"Per 10 Desember 2010, yang diperingati sebagai Hari Hak Asasi Manusia Sedunia, Indoleaks akan mempublikasikan dokumen pertama. Sebuah dokumen yang berisi catatan ilmiah mengenai Lumpur Lapindo," tulis Indoleaks.
Hingga pagi ini, setidaknya ada empat dokumen yang sudah ditayangkan dalam laman yang menyebut alasan pendiriannya "Sebagai jawaban atas kebuntuan informasi" itu.
Pertama, dokumen tentang penyebab lumpur Lapindo, Sidoarjo. Dokumen yang ditampilkan berjudul “Preeliminary Report on the Factors and Causes in The Loss of Well Banjar Panji-1”. Dokumen ini dikeluarkan oleh Simon Wilson C.Eng. M.Sc. dari D.I.C Petroleum Consultant.
Kedua, dokumen perjanjian rahasia antara pemerintah RI dengan Microsoft, yang isinya antara lain menyebutkan Pemerintah RI akan membeli 35.496 salinan Microsoft Windows dan 177480 salinan Microsoft Office.
Ketiga, dokumen transkrip pembicaraan antara Soeharto dan Richard Nixon serta Henry Kissinger di tahun 1970. Yang salah satunya berisi "laporan" hasil operasi penumpasan anggota dan simpatisan partai komunis di Indonesia.
Dokumen keempat adalah terkait kasus Munir, yang sudah diunggah ke laman itu semalam seperti janji para pengelolanya.
Sejauh ini dokumen-dokumen yang diungkap bukanlah dokumen yang baru menjadi sorotan publik. Dokumen-dokumen tersebut sudah lama beredar di internet.
Tak jelas siapa yang mendirikan dan mengelola situs tersebut. Di halaman "tentang kami", pengurus situs itu menuliskan Indoleaks muncul sebagai jawaban atas kebuntuan informasi. "Terutama informasi yang berpeluang menjadi bumerang bagi penguasa, politisi dan kaum jahat lainnya di Indonesia," tulis Indoleaks.
Ketika menelusuri asal-muasal situs tersebut, domain dengan ID:D160865457-LROR ini baru dibuat pada 7 Desember lalu. Terakhir diperbarui pada 9 Desember dan masa berlakunya akan berakhir pada 7 Desember tahun depan.
Hasil pelacakan melalui network solution menunjukkan situs tersebut didaftarkan PT Ardh Global Indonesia (Ardhosting), sebuah perusahaan yang menyediakan layanan di bidang web hosting dan registrasi domain. Sayangnya, identitas soal siapa pendiri dan pengelolanya dirahasiakan.
Dari kode registrasinya, situs ini terdaftar di Moergestel, Belanda dengan nomor telepon +45.36946676. Anehnya, nomor telepon tersebut adalah kode negara Denmark. Sebelum sampai ke Indonesia, situs yang "fasih" berbahasa Indonesia ini setidaknya sudah "mampir" ke lebih dari sepuluh server.
Wikileaks versi Indonesia, Indoleaks, menarik cukup banyak pengguna internet untuk datang. Hingga Sabtu (11/12/2010) pagi, alias hari dua hari setelah kemunculannya, laman pembocor dokumen itu mencatat sudah ada 100.000 yang mengunduh dokumen di dalamnya.
2 comments:
indoleaks gunakan layanan blogger.com
garuda di dadaku....
Post a Comment