Banjir banding yang terjadi kawasan Barat Kota Semarang Selasa (9/10) petang menewaskan enam korban karena terseret arus. Kelurahan Wonosari Kecamatan Ngalian, Kelurahan Mangunharjo dan Mangkang Wetan Kecamatan Tugu adalah kawasan yang paling parah. Di tiga keluaran tersebut, banjir yang berasal dari luapan Sungai Beringin mengakibatkan kawasan di jalur utama pantai utara tersebut terendam hingga dua meter.
Tanggul Sungai Beringin yang membelah Kelurahan Wonosari jebol di tiga titik. Bahkan ada salah satu titik tanggul yang jebol hingga 250 meter. Selasa kemarin, hujan mengguyur Kota Semarang hampir empat jam tanpa henti.
Keenam korban adalah Muhamad abdul Rozaq, 1,5 tahun, Muhammad, 3 bulan, Ilul, 2 tahun. Ketiganya adalah warga Wonosari. Rozaq meninggal dalam gendongan neneknya, Siti Aisyah. Saat banjir menerjang, sang nenek mendekap Rozaq dan tertahan pepopohan. Namun naas, banjir mendadak setinggi dua meter. Sang nenek tak mampu menyelamatkan sang cucu.
Korban yang lain adalah Sri Endang Rahayu, 50 tahun, warga Tembalang Regency Semarang yang sehari-hari bekerja sebagai pegawai negeri di Kabupaten Kendal. Ajal menjelmput Rahayu ketika mobilnya dihantam arus banjir saat melintas di Jalan Raya Mangkang dalam perjalanan pulang. Mobil sedan Starletnya tertindih sebuah mobil APV yang juga hanyut. Karyati, 35 tahun warga Mangunharjo juga tewas terseret banjir.
Satu korban yang belum diketemukan adalah Iwan, 11 tahun asal Pekalongan. Iwan adalah satu di antara delapan penumpang APV yang hanyut. “Keluarganya menyebutkan, saat mobil terseret banjir, Iwan terpental keluar,” kata Zulhawari Agus Setianto, juru bicara Basarnas Semarang. “Kami terus mencari jazad Iwan”. Hingga sore ini, tim SAR terus melakukan pencarian di kebun-kebun yang masih terendam banjir.
Yudi Semedi, sekretaris Keluarhan Wonosari mengatakan, selama ini daerahnya memang merupakan daerah langganan banjir. “Tapi baru kali ini banjir bandang terjadi begitu cepat,” ujarnya. Banjir yang terjadi hanya beberapa jam itu telah merendam 2.000 rumah di Wonosari, 700 diantaranya mengalami kerusakan.
Meski hanya beberapa jam, banjir juga merendam perumahan Semarang Indah dan Tanah Mas. Di Kelurahan Purwoyoso, Ngalian, hujan deras juga menjebokan tanggul Sungai Silandak. Akibatnya, dua rumah di tepi sungai roboh.
Wali Kota Semarang, Soemarmo Hadi Saputro mengatakan, pihaknya segera melakukan tanggap darurat dengan memberikan nasi bungkus bagi korban banjir. Sejumlah alat berat juga diturunkan untuk membersihkan lumpur dan pepohonan yang tumbang. Sejumlah anggota TNI ikut bergotong royong mengatasi dampak luapan sungai tersebut. Selasar SD Dondong I Wonosari, dipenuhi sampah. Atap SD dan tembok ambruk diterjang air.
Tanggul Sungai Beringin yang membelah Kelurahan Wonosari jebol di tiga titik. Bahkan ada salah satu titik tanggul yang jebol hingga 250 meter. Selasa kemarin, hujan mengguyur Kota Semarang hampir empat jam tanpa henti.
Keenam korban adalah Muhamad abdul Rozaq, 1,5 tahun, Muhammad, 3 bulan, Ilul, 2 tahun. Ketiganya adalah warga Wonosari. Rozaq meninggal dalam gendongan neneknya, Siti Aisyah. Saat banjir menerjang, sang nenek mendekap Rozaq dan tertahan pepopohan. Namun naas, banjir mendadak setinggi dua meter. Sang nenek tak mampu menyelamatkan sang cucu.
Korban yang lain adalah Sri Endang Rahayu, 50 tahun, warga Tembalang Regency Semarang yang sehari-hari bekerja sebagai pegawai negeri di Kabupaten Kendal. Ajal menjelmput Rahayu ketika mobilnya dihantam arus banjir saat melintas di Jalan Raya Mangkang dalam perjalanan pulang. Mobil sedan Starletnya tertindih sebuah mobil APV yang juga hanyut. Karyati, 35 tahun warga Mangunharjo juga tewas terseret banjir.
Satu korban yang belum diketemukan adalah Iwan, 11 tahun asal Pekalongan. Iwan adalah satu di antara delapan penumpang APV yang hanyut. “Keluarganya menyebutkan, saat mobil terseret banjir, Iwan terpental keluar,” kata Zulhawari Agus Setianto, juru bicara Basarnas Semarang. “Kami terus mencari jazad Iwan”. Hingga sore ini, tim SAR terus melakukan pencarian di kebun-kebun yang masih terendam banjir.
Yudi Semedi, sekretaris Keluarhan Wonosari mengatakan, selama ini daerahnya memang merupakan daerah langganan banjir. “Tapi baru kali ini banjir bandang terjadi begitu cepat,” ujarnya. Banjir yang terjadi hanya beberapa jam itu telah merendam 2.000 rumah di Wonosari, 700 diantaranya mengalami kerusakan.
Meski hanya beberapa jam, banjir juga merendam perumahan Semarang Indah dan Tanah Mas. Di Kelurahan Purwoyoso, Ngalian, hujan deras juga menjebokan tanggul Sungai Silandak. Akibatnya, dua rumah di tepi sungai roboh.
Wali Kota Semarang, Soemarmo Hadi Saputro mengatakan, pihaknya segera melakukan tanggap darurat dengan memberikan nasi bungkus bagi korban banjir. Sejumlah alat berat juga diturunkan untuk membersihkan lumpur dan pepohonan yang tumbang. Sejumlah anggota TNI ikut bergotong royong mengatasi dampak luapan sungai tersebut. Selasar SD Dondong I Wonosari, dipenuhi sampah. Atap SD dan tembok ambruk diterjang air.
0 comments:
Post a Comment