Foto jembatan Ampera terbakar

Jembatan Ampera ikon kebanggaan Sumsel yang terbakar Minggu (10/10/2010) malam kini mengalami kebengkokan di bagian pagar. Jembatan sepanjang 1.117 meter itu dibangun dengan kokoh masa Presiden Soekarno mulai tahun 1960 dan dulu bernama Jembatan Bung Karno.
Kebakaran besar yang melanda lapak lapak di bawahnya (pasar pakaian bekas) dengan radius panas lebih dari 100 meter itu, api dan asapnya menyembul hingga melebih ketinggian jembatan. Kendaraan yang melewati jembatan penghubung kawasan Ilir pusat kota Palembang dan Ulu permukiman penduduk itu tetap berani melintas walau api di kiri dan kanannya. Maklum, lebar jembatan ini lebih dari 22 meter.

Saking panasnya, pagar jembatan Ampera memuai sehingga bentuknya tidak lurus lagi. Tidak ada korban jiwa dalam insiden itu, hanya beberapa orang yang pingsan karena harta bendanya ludes oleh si jago merah hanya dalam waktu sekejap.

Api membakar kios lapak berbahan kayu mulai di bawah Ampera pukul 21.45 kemudian menjalar ke kios lain dalam waktu cepat didukung oleh kain dan pakaian menumpuk di tempat itu seolah menjadi bahan bakar. Pipa besar di bawah jembatan ikut terbakar dan pagar jembatan melengkung karena panas. Api berhasil dipadamkan sekitar 1 jam kemudian pas saat pergantian hari menjadi Senin (11/10/2010). Kini warga mulai khawatir dengan kondisi jembatan kebanggaannya yang tampak tidak utuh lagi.

Maklum, dulu bagian tengah sepanjang 71,9 meter bisa diangkat ke atas agar tiang kapal yang lewat di sungai Musi tidak tersangkut badan jembatan. Bagian tengah jembatan dapat diangkat dengan peralatan mekanis, dua bandul pemberat masing-masing sekitar 500 ton di dua menaranya.

Kecepatan pengangkatannya sekitar 10 meter per menit dengan total waktu yang diperlukan untuk mengangkat penuh jembatan selama 30 menit. Pada saat bagian tengah jembatan diangkat, kapal dengan ukuran lebar 60 meter dan dengan tinggi maksimum 44,50 meter, bisa lewat mengarungi Sungai Musi.

Sejak tahun 1970, aktivitas turun naik bagian tengah jembatan ini sudah tidak dilakukan lagi. Alasannya, waktu yang digunakan untuk mengangkat jembatan ini dianggap mengganggu arus lalu lintas di atasnya.

Pada tahun 1990, kedua bandul pemberat di menara jembatan ini diturunkan untuk menghindari jatuhnya kedua beban pemberat ini. Pagar jembatan ini juga sering berganti warna sesuai selera masyarakat dan pemerintah setempat. Dari jembatan ini bisa menikmati indahnya kota Palembang dan sungai Musi.


0 comments:

Related post